dalam pementasan teater sudut pandang pengarang disebut juga dengan
Pembahasan Sudut Pandang Yang Digunakan Pengarang Dalam Kutipan Cerpen Tersebut Adalah Sudut pandang atau point of view adalah sebuah teknik bercerita yang akan membuat ‘rasa’ yang berbeda pada alur dan cara penyampaian cerita. Macam-macam sudut pandang Sudut pandang orang pertama (tokoh utama), si penulis seolah-olah ‘masuk’ dalam
Batikmerupakan hasil karya dari bangsa Indonesia yang dimana proses pembuatannya dilakukan dengan cara memberikan motif/hiasan tertentu pada sebuah kain polos. Batik ini termasuk dalam karya seni rupa dua dimensi karena hanya mempunyai ukuran panjang dan lebar serta hanya dapat dilihat dari satu sudut pandang. Pembahasan soal: Kain
Dalamorganisasi pementasan seni teater, ketua panitia disebut juga dengan? Manajer; Sekretaris; Produser; Sutradara; Kunci jawabannya adalah: A. Manajer. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, dalam organisasi pementasan seni teater, ketua panitia disebut juga dengan manajer.
A Jenis dan Bentuk Lakon. 1. Jenis Lakon. Lakon dibangun oelh peristiwa di dalam adegan. Adegan merupakan bagian dari babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh. Dalam satu babak bisa lebih dari satu adegan. Babak adalah susunan dari beberapa adegan yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat, waktu,dan kejadian peristiwa
Sudutpandang adalah titik kisah yang merupakan penempatan dan posisi pengarang dalam ceritanya. Dia juga mengemukakan titik kisah terbagi menjadi 4 jenis yaitu pengarang sebagai tokoh, pengarang sebagai tokoh sampingan, pengarang sebagai orang ketiga, dan pengarang sebagai narator atau pemain. 2. Menurut Aminudin (1995:90)
mở bài trong bài văn kể chuyện lớp 4.
- Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Posisi drama setara dengan novel, cerpen, atau puisi. Namun, ketika drama itu sudah dipentaskan, ia menjadi bagian dari seni pertunjukan performing arts, tak lagi sebatas kesusasteraan. Ada banyak contoh karya drama terkenal yang dikarang penulis kesohor Indonesia. Sebut saja misalnya, Orang-Orang di Tikungan Jalan 1954 yang ditulis WS Rendra, Mega-Mega 1999 karya Arifin C. Noer, Topeng Kayu 2001 karya Kuntowijoyo, Orang-Orang yang Bergegas 2004 karya Puthut EA, dan sebagainya. Secara bahasa, istilah drama berasal dari bahasa Yunani "dram" atau "draomai" yang artinya bergerak. Dalam KBBI, drama digolongkan sebagai prosa atau komposisi syair yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku peran atau dialog yang dipentaskan. Sutji Harijanti menuliskan pengertian drama dalam Modul Bahasa Indonesia 2020 sebagai komposisi yang dihasilkan dari seni sastra naskah drama dan seni pertunjukan pentas drama. Dalam hal ini, ada karya drama dalam bentuk tulis dan ada juga drama dalam bentuk pertunjukan. Dalam drama, harus ada lakon atau pementasan a play yang mengisahkan suatu cerita dengan simbol atau sandi tertentu. Lazimnya, cerita dalam drama melibatkan konflik atau emosi yang tergambar dalam dialog tokoh, serta disesuaikan untuk pentas pertunjukan. Unsur-Unsur Intrinsik Drama Sebagaimana karya-karya sastra lain, drama juga memiliki unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur intrinsik drama terdiri dari dialog, plot atau alur cerita, tokoh, latar, tema, dan amanat. Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik drama, sebagaimana dikutip dari buku Bahasa Indonesia 2007 yang ditulis Agus Supriatna, dan sumber DialogDialog adalah inti dari karya drama. Percakapan tokoh drama ini berbeda dari obrolan sehari-hari, namun masih mencerminkan realitas kehidupan dari tema yang diangkat. Maksudnya berbeda dari percakapan sehari-hari adalah diksi atau pilihan katanya berhubungan dengan plot, mengandung unsur estetik, dan tertib sesuai jalan cerita. Bahasa yang digunakan dalam dialog juga komunikatif, serta mewakili karakter tokoh, baik itu watak secara psikologis atau fisiologis. 2. Plot atau Alur CeritaSecara umum, alur cerita dalam drama terdiri dari pengenalan tokoh, penggambaran latar tempat, waktu, latar sosial, dan sebagainya. Kemudian, hadir konflik yang berusaha dicari pemecahan masalahnya. Konflik kian memuncak, lalu diakhiri dengan resolusi, suatu jalan untuk memecahkan problem yang terjadi antartokoh. Di bagian akhir drama, penulis akan memberi keputusan, apakah tokoh akan berakhir bahagia atau mengalami kemalangan. 3. TokohSosok yang berperan dalam kisah drama dikenal sebagai tokoh. Umumnya, tokoh-tokoh dalam drama terdiri dari tiga jenis, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh berwatak baik dalam lakon drama. Kemudian, tokoh antagonis bertindak sebagai lawan protagonis, yang tindakannya tidak sesuai dengan kehendak pembaca atau penonton drama. Terakhir, tokoh tritagonis bertindak sebagai juru damai dalam konflik antara antagonis dan protagonis. 4. Latar/SettingLatar atau setting merupakan keterangan tempat, ruang, dan waktu dalam naskah drama. Tempat, ruang, waktu bisa disebut sebagai 3 dimensi setting dalam tempat adalah tempat terjadinya cerita di dalam sebuah drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri, dan berhubungan dengan latar ruang serta setting waktu merupakan waktu/zaman/periode terjadinya cerita, sementara latar ruang merujuk kepada suasana pendukung cerita dalam TemaTema adalah ide dasar dari cerita drama. Tema ini merupakan pangkal tolak pengarang dalam mengkreasi cerita rekaan dalam dramanya. Umumnya, tema hadir secara tersurat dan jarang langsung disampaikan oleh pengarang drama. Contoh tema dalam drama adalah cerita tentang hubungan cinta, kekuasaan, kemanusiaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. 6. KonflikKonflik adalah pertentangan atau masalah dalam drama. Konflik dalam drama dibedakan menjadi 2, yaitu konflik eksternal dan eksternal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Adapun konflik internal terjadi antara tokoh dengan dirinya Perwatakan/PenokohanMaksud dari perwatakan/penokohan ialah penggambaran sifat batin seorang tokoh yang disajikan di dalam suatu cerita. Perwatakan tokoh dalam drama tergambar melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku pemerannya. Watak para tokoh dalam drama, setidaknya bisa digambarkan dalam 3 dimensi, yakni kondisi fisik, keadaan psikis, dan posisi secara sosiologis. Kondisi fisik terlihat dari jenis kelamin, ciri-ciri badan, dan sejenisnya. Kemudian, dari aspek psikis, bisa terlihat pada emosi, ambisi dan lainnya. Secara sosiologis, kondisi tokoh bisa dilihat dari posisi di masyarakat, jabatan, kekayaan, ideologi dan dalam drama juga bisa ditampilkan oleh pengarang secara langsung atau tidak langsung. Jika secara langsung, perwatakan itu akan dijelaskan dalam narasi cerita. Namun, jika ditampilkan secara tidak langsung, ia terlihat dalam dialog, pikiran, ucapan dan tindakan tokoh dalam Sudut PandangSudut pandang merupakan cara yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang adalah posisi dari mana pengarang berceritaapakah dia bertindak langsung dalam bercerita atau sebagai pengobservasi yang berdiri di luar pandang bisa berupa orang pertama aku; orang ketiga pencerita yang serba tahu; dan lain AmanatUnsur intrinsik drama yang terakhir ialah amanat atau pesan pengarang terhadap pembaca atau penonton drama. Amanat ini lazimnya berupa pesan ide, ideologi, atau nilai-nilai luhur yang dapat diikuti atau menjadi teladan dari drama terkait dengan tema drama, amanat umumnya juga berupa nilai-nilai tertentu yang disampaikan secara implisit. Nilai-nilai itu bisa berupa nilai moral, nilai estetika, nilai sosial, nilai budaya, dan lain sebagainya. - Pendidikan Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom
PertanyaanPandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain yang membentuk cerita disebut ….Pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain yang membentuk cerita disebut ….latarsudut pandangamanatalurtemaRIR. IndrianiMaster TeacherMahasiswa/Alumni UIN Syarif Hidayatullah JakartaJawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah satu unsur intrinsik dalam karya sastra adalah sudut pandang, yaitu cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain dalam sebuah cerita kepada pembaca. Sudut pandang dapat dibagi menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah satu unsur intrinsik dalam karya sastra adalah sudut pandang, yaitu cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain dalam sebuah cerita kepada pembaca. Sudut pandang dapat dibagi menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!4rb+
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Data PementasanKelompok Pementas Komunitas Santri KOMSAN IAIN PontianakBentuk Pementasan TeaterNaskah CharlieWaktu Pementasan 12 Desember 2017 Pukul - selesaiTempat Pementasan Taman Budaya, PontianakPenonton UmumPementas Mahasiswa IAIN angkatan 2013Dokter Ali Wafan/fakultas syariah/perbankan Andi Muhammad Ismai/fakultas syariah/jurusan Ichmal Furqan/fakultas syariah/jurusan Muamalahhukum islam.Ringkasan Isi PementasanDalam teater yang berjudul Charlie yang dipentaskan oleh mahasiswa IAIN Pontianak angkatan 2013 ini mengisahkan tentang seorang Kakek dan Cucunya mencari seseorang yang bernama Charlie. Pencarian tersebut terhenti karena seiring perjalanan waktu, usia kakek yang tak lagi muda memiliki permasalahan terhadap matanya. Karena merasa matanya mulai rabun ia pergi kedokter bersama dengan Cucunya mencari solusi agar matanya sembuh, mungkin dengan kacamata. Setelah sampai di tempat dokter, Cucunya langsung menceritakan segala permasalahan pada mata Kakek dan memberi tahu apa tujuan dari pengobatan mata Kakek, yaitu agar Kakek bisa melihat dengan jelas dan dengan mudah menembak Charlie orang yang paling mereka takuti. Mendengar penjelasan Cucunya, tentu saja Dokter tidak menyutujui tujuan dari penyembuhan mata Kakek karena dengan alasan kemanusian dan mengatakan bahwa kakek tidak muda lagi untuk mengangkat senjata. Tetapi tetap saja Cucunya memaksa agar melakukan penyembuhan terhadap Kakeknya, dengan tekad yang kuat Cucunya memaksa dengan menodongkan pistol di kepala Dokter. Ya mau tidak mau Dokter mencoba dengan berpura-pura membantu menyumbuhkan tetapi hasilnya nihil, padahal Dokter tau apa yang bisa membuat mata Kakek itu sembuh yaitu dengan kacamata yang ia kenakan, tetapi tetap saja ia tidak memberikannya. Gerak-gerik Dokter mulai terbaca oleh sang cucu, ia mengetahui apa yang sebenarnya bisa menyembuhkan mata Kakek. Dengan keberanian dan tekad yang tinggi Cucu mulai merampas kacamata yang dimiliki Dokter itu dan kemudian memakaikan kacamata itu kepada Kakek. Setelah Kakek menggunakannya terlihat jelaslah apa yang seharusnya terlihat jelas oleh Kakek. Kakek akhirnya mengenal kembali tentang Charlie setelah memakai kacamata. Setelah sembuh matanya Kakek dan Cucunya langsung saja menduga bahwa Dokterlah yang harus mereka musnahkan karena mereka merasa bahwa Dokterlah yang mereka buru selama ini yaitu Charlie. Tentu saja Dokter tidak mengakuinya ia malah mempengaruhi pemikiran kuat Kakek dan Cucunya itu, dengan mengatakan bahwa Charlie akan tiba di tempat itu dan Dokter juga mennyampaikan Charlie pernah mengatakan bahwa kedua orang yang aku temui adalah orang yang bodoh, munafik, dan pengkhianat. Dengan perasaan yang mengebu-gebu dan memanas Kakek dan Cucunya terus menunggu kedatangan Charlie yang tak kunjung datang. Isi Resensi bentukDilihat dari aspek bentuk, menurut saya pementasan Teater ini sangat baik, dengan melibatkan pemain yang jumlahnya tiga orang. Sangat baik karena menggambarkan suatu kehidupan realita yang terjadi saat ini di Indonesia yang perankan oleh dokter, kakek dan cucu sesuai dengan karakteristik dari cerita yang diangkat. Setting tempat praktek dokter mata sangat sesuai dengan cerita yang di angkat dalam Teater isi 1 2 Lihat Film Selengkapnya
Apa yang anda lihat dan rasakan ketika menonton sepak bola? Sebagai penonton, perasaan anda jelas berbeda dengan apa yang dilihat dan dirasa oleh si pemain yang timnya menang atau malah si pemain yang timnya kalah. Akibat dari kejadian itupun akan berbeda bagi anda, si pemain yang menang, dan si pemain yang kalah. Oleh sebab itu sudut pandang adalah krusial dalam mempengaruhi penyajian cerita dan alurnya. Sudut pandang point of view sendiri memiliki pengertian sebagai cara penulis menempatkan dirinya di dalam cerita. Secara mudah, sudut pandang adalah teknik yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya. Sudut Pandang point of view adalah elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pandangan ini sangat erat dengan teknik bercerita. Sudut Pandang adalah salah satu unsur fiksi yang menjadi kunci kesuksesan cerita. Sebelum kita menulis cerita, harus memutuskan untuk memilih dan menggunakan sudut pandang tertentu di dalam cerita yang akan kita buat. Kita harus sudah bisa mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh seorang narator yang diluar cerita itu sendiri. Jenis Sudut Pandang Dalam Cerita Sudut pandang umumnya dibagi kedalam empat jenis diantaranya sebagai berikut ini Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal Penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku’. A. “Aku” sebagai tokoh utama. Penulis adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita. Contoh Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah Catatan Tokoh “aku” tak mungkin mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh lain kecuali dengan perkiraan. Penulis harus memahami tokoh “aku” sesuai karakternya. Misalnya soal bahasa, perlu dilihat apakah “aku” adalah orang tua atau anak muda. Itu akan mempengaruhi gaya bahasa yang diucapkan. Mengenali dengan baik karakter “aku” adalah keharusan.. B. “Aku” sebagai tokoh bukan utama. Penulis adalah “aku ” dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan “aku” hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. “Aku” adalah narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama. Contoh Aku sudah mengetahui wajahnya sejak lama, sejak sekitar dua tahun lalu. Seminggu sekali dia datang ke salon itu, selalu. Aku kerap tertawa saat ingat kali pertama aku melihatnya. Lusuh, kusam, dekil, sama sekali tak berwarna. Tapi aku tahu, dia bak mutiara jatuh dalam kotoran dan ketakberuntungan. Tinggal membasuhnya saja sebelum moncernya kembali. Dan rupanya dia tahu bagaimana cara memelihara diri. Terbukti, tak ada tanda kekusaman yang muncul. Aih, aku jadi iri. Mimpimu Apa? – Ardyan Amroellah Catatan Teknik ini hampir mirip dengan Sudut Pandang Orang Ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat sebagai tokoh. “Aku” hanya mengomentari apa yang dilihat dan didengar saja. “Aku” bisa mengungkap apa yang dirasakan atau dipikirkan tokoh utama, tapi hanya berupa dugaan dan kemungkinan berdasar apa yang “aku” amati dari tokoh utama. Sudut Pandang Orang Pertama Jamak Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan kata ganti “kami”. Narator menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang. Contoh Siang itu kami berkerumun di teras masjid, membahas isu hangat yang merebak di pondok. Secara beruntun, barang-barang kami hilang. Mi instan, uang, buku, hingga celana dalam. Hal terakhir itu sangat keterlaluan. Ajaibnya, kami berempat sama. Celana dalam kami habis. Percayalah, hanya sarung yang kami pakai saat ini. Ronaldo Dari Brazil – Anin Mashud Sudut Pandang Orang Kedua Penulis adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau” atau “anda”. Contoh Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum. Menyemprotkannya di belakang telinga, pergelangan tangan, selangkangan, dan ke udara. Sedetik berikutnya, kau melewati udara beraroma lili dan lavender itu, berharap supaya wanginya menempel di rambut dan blazer barumu. Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank Catatan; Pembaca diperlakukan sebagai pelaku utama sehingga membuatnya menjadi merasa dekat dengan cerita karena seolah menjadi tokoh utama Penulis harus konsisten tak menyebut “aku” untuk berbicara dengan tokoh utama. Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal. Penulis ada di luar cerita tak terlibat dalam cerita. Penulis juga menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya atau kata ganti “dia”. Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu. Penulis seperti Tuhan dalam karyanya, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, termasuk motif. Penulis juga bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain. Bahkan bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan para tokohnya. Contoh “Ibrahim?!” “Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah dipanggil pulang…” Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih dliputi ketakpercayaan saat si guide bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju menjumpai pantai di matanya. Dan itu membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia? Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu di parit kecil pinggir jalan, dia tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapa genit. Ranju bermain–main di pikiran sampai–sampai si guide bertudun menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil serupa rumah keluarga Amerika kelas menengah. Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas. Penulis melukiskan segala apa yang dialami tokoh hanya terbatas pada satu orang atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Penulis tak leluasa berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh saja. Contoh Selalu ada cita di dalam benaknya, untuk mabuk dan menyeret kaki di tengah malam, menyusuri Jalan Braga menuju penginapan. Dia akan menikmati bagaimana lampu-lampu jalan berpendar seperti kunang yang bimbang; garis-garis bangunan pertokoan yang berderet tak putus acap kali menghilang dari pandangan; dan trotoar pun terasa bergelombang seperti sisa ombak yang menepi ke pantai. Lagu Malam Braga – Kurnia Effendi Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif Narator melukiskan semua tindakan tokoh dalam cerita namun tak mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh cerita. Penulis hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh ceritanya. Contoh Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan mengeluarkan pundi kulit dari kantung, membayar minuman dan meninggalkan persenan setengah peseta. Si pelayan mengikutinya dengan mata ketika si lelaki tua keluar. Seorang lelaki yang sangat tua yang berjalan terhuyung tetapi tetap dengan penuh harga diri. “Kenapa tak kau biarkan saja dia minum sampai puas?” tanya si pelayan lain. Mereka berdua menurunkan semua tirai. “Belum jam setengah dua.” lanjutnya. “Aku ingin cepat pulang dan tidur.” Tempat yang Bersih Terang – Ernst Hemingway Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak Penulis menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kacamata kolektif. Penulis akan menyebut para tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; “mereka”. Contoh Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan dengan Don Vigiliani dan beberapa anak lelaki dari kelompok pemuda. Dalam perjalanan pulang, mereka melihat ibu mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia sedang duduk di dalam kafe itu; mereka melihatnya melalui sebuah jendela dan seorang pria duduk bersamanya. Ibu mereka meletakkan syal tartarnya di atas meja. Ibu – Natalia Ginzburg. Sudut Pandang Campuran Penulis menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia”. Catatan Biasanya teknik ini dipakai dalam cerita yang membutuhkan halaman banyak. Perlu ketelitian dalam setiap fragmen saat penulis mengubah sudut pandang. SUDUT PANDANG ORANG KEDUA PENJELASAN KHUSUS Dibandingkan unsur–unsur pembentuk cerita lainnya, penulis–penulis Indonesia cenderung lambat dalam mengeksperimen dan membarui penggunaan sudut pandang dalam penerapannya pada karya. Selama ini secara umum kita hanya mengenal dua macam sudut pandang, yaitu Sudut Pandang Orang Pertama dan Sudut Pandang Orang Ketiga. Sama sekali tak ada teori dan penggunaan Sudut Pandang Orang Kedua. Mengapa seperti itu? Jawaban semua penulis rata–rata sama. Sulit. Sebagai gambaran singkat. Misalnya seseorang yang bernama Andi, bercerita kepada temannya, Budi. Ada dua kemungkinan Andi menceritakan dirinya dengan berkata, “Pagi ini aku berangkat pagi.” Dalam hal ini, Andi menggunakan sudut pandang orang pertama aku. Kemungkinan kedua, Andi menceritakan orang lain. Misalnya dengan, “Tadi siang dia makan siang.” Di sini, Andi menggunakan sudut pandang orang ketiga dia. MUNGKINKAH ANDI BERCERITA KEPADA BUDI TENTANG BUDI? Dalam keadaan normal, kejadian semacam ini mustahil terjadi sebab apa yang dialami Budi tentunya Budi sendiri yang lebih tahu. Hal itu seperti mengharapkan dalang bercerita soal Arjuna kepada Arjuna yang menontonnya. Jelas Arjuna lebih tahu kisah dirinya sendiri dibanding dalang. Itu jika normal. Jika tak normal apakah bisa? Dan bagaimana praktiknya jika bisa? Kembali ke pengandaian diatas. Jawabannya adalah bisa saja ketika Arjuna kehilangan informasi tentang dirinya atau kejadian yang dialaminya, karena mungkin dia pingsan atau tidur, lalu Arjuna minta keterangan dalang sehingga dalang akan menginformasikan, “Waktu tidur tadi kau berjalan keluar kamar, tapi matamu meram.” Kondisi terakhir ini dapat melahirkan sudut pandang orang kedua kau, kamu asalkan dalang konsisten tak menyebut dirinya sebagai “aku”. Dalam bentuk cerita, pembaca hanya akan melihat Arjuna yang disapa dengan kata ganti ”kau”, sedangkan dalang tak terlihat dan dianggap oleh pembaca sebagai penulis cerita. Jika dalang tergoda untuk memasukkan dirinya ke dalam peristiwa, misalnya dengan menambahkan, “Lalu aku menepuk pundakmu,” maka sudut pandang berubah menjadi orang pertama. Tetapi sudut pandang akan tetap orang kedua jika dalang menceritakan dirinya tidak dengan kata ganti orang pertama, misalnya dengan mengatakan, “Lalu seseorang menepuk pundakmu.” Dari pengertian ringkas di atas, dapat dimengerti jika sudut pandang orang kedua jarang sekali dipraktikkan oleh para penulis. Tapi bukan berarti tak ada. Coba baca Dadaisme karya Dewi Sartika, Cala Ibi karya Nukila Amal, dan Kabar Buruk dari Langit buatan Muhiddin M. Dahlan. Meski sudut pandang orang kedua pada ketiga novel ini tidak utuh atau tidak sepenuhnya dipakai dalam keseluruhan novel. Sudut pandang yang digunakan dalam sastra biasanya hanya sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Untuk sudut pandang orang pertama dibagi dua yaitu sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan orang pertama sebagai pelaku sampingan. Sedangkan sudut pandang orang ketiga dibagi dua yaitu orang ketiga sebagai mahatahu/serbatahu dan orang ketiga sebagai pengamat. Jadi sudut pandang orang ketiga pelaku utama dan orang ketiga pelaku sampingan tidak ada. kalau perbedaan yang mudah diingat antara sudut pandang orang ketiga serba tahu & pengamat, bagaimana ya ? kalau orang ketiga serbatahu berarti bisa tahu segalanya bahkan sampai pikiran tokohpun tahu, tetapi kalau orang ketiga sebagai pengamat maka hanya melukiskan apa yang dilihat atau sebatas indranya. Mohon maaf sebelumnya, tp knp dalam soal2 bahasa indonesia msh ada sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh atau pelaku utama? Mohon penjelasannya… terima kasih.. didalam soal penggunaan sudut pandang tersebut digunakan sebagai pengecoh saja. Kak,ap yag d’maksud sudut pandang orang pertama sebagai pengamat beserta cntoh’x sudut pandang orang I sebagai pengamat tidak ada. Sudut pandang orang pertama hanya dibagi menjadi orang I sebagai pelaku utama dan orang I sebagai pelaku sampingan. sudut pandang orang ketiga dibagi menjadi orang III sebagai pengamat dan orang III maha tahu. Baca Juga “Ikhtisar” Pengertian & Ciri – Kegunaan – Cara Membuat – Contoh “Karangan” Pengertian & Jenis – Fungsi – Manfaat – Unsur “Sinopsis” Pengertian & Fungsi – Cara Membuat – Contoh “Kutipan” Pengertian & Tujuan – Fungsi – Jenis Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
dalam pementasan teater sudut pandang pengarang disebut juga dengan